Tuesday, 23 June 2015

penutup

وَاللهُ اَعْلُمُ بِالّصَوَابِ نَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيْمَ بِجَاهِ نَبِيّهِ الْوَسِيْمِ، أَنْ يُخْرِجَنِي مِنَ الّدُنْيَا مُسْلِمًا، وَوَالِدَيَّ وَأَحِبَّائِي وَمَنْ إِلَيَّ انْتَمَي،  وَاَنْ يَغْفِرَ لِي وَلَهُمْ مُقْحَمَاتٍ وَلَمَمَا ، وَصَلّىَ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللِه ِبنْ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ بْنِ هَاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ رَسُوْلُ اللهِ إِلَى كَافَةِ الْخَلْقِ رَسُوْلِ الْمَلَاحِمِ ،حَبِيْبِ اللِه اْلَفاتِحِ اَلْخَاتِمِ  ،وَآَلِهِ وَصَحِبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Tamat…

Wallaohu a’lam bishshowaab

Allah Maha Mengetahui terhadap yang Benar
Kemudian kami akhiri dengan meminta kepada Allah Yang Karim , dengan berkah beginda kita Nabi Muhammad Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam yang wasim , supaya mengakhiri hidupku dengan memeluk agama Islam, juga orang tuaku, orang yang aku sayangi dan semua keturunanku. Dan mudah-mudahan ia mengampuniku serta mereka dari segala kesalahan dan dosa.
Semoga rahmat Allah selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Mutholib bin Abdi Manaf bin Hasyim yang menjadi utusan Allah kepada sekalian makhluk Rosulul malahim, kekasih Allah yang membuka pintu rahmat, dan penutup seluruh utusan Allah, serta keluarga dan sahabat sekalian.Segala puji bagi Allah tuhan semesta



catatan....
Kitab Safinah Annajah kitab karya Sheikh Abdullah bin Saad bin Sumair al-Hadhrami, yang membahas mengenai asas-asas fiqh dalam mazhab Shafi'i yang turut meliputi aspek tauhid dan tasawuf. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf yang bermadzhab Syafi'i.


Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara negara Islam. Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu keagamaan.


Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sangatlah besar manfaatnya. Di setiap Pondok Pesantren atau pengajian di kampung-kampung kitab ini selalu ada untuk di pelajari, bahkan di hafalkan. Dulu di pesantren saya juga ada sistem ngaji yang namanya ngaji sorogan, yaitu kyai memberi arti/makna dan santri besoknya harus menghafalkan yang kyai artikan/maknain dan di setorkan dalam bentuk hafalan. Kitab ini salah satu yang pertama di hafal dalam sistem sorogan di pesantren saya.

Kitab ini di jadikan kitab fiqih dasar yang pertama di pelajari karena Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara terpadu, lengkap dan utuh, dimulai dengan bab dasardasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh para ulama lainnya. Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal. Seseorang yang serius dan memiliki kemauan tinggi akan mampu menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan atau mungkin lebih cepat.

Karena sangat pentingnya kitab ini para ulama sampai membuat syarah/penjelasan lebih lanjut dari kitab ini. Ada berbagai kita syarah syafinah Annajah di antaranya:
1. Kitab Kasyifatus Saja ala Safinatin Najah
2. Kitab Durrotu Tsaminah Hasyiyah ala Safinah
3. Kitab Nailur Raja Syarah Safinah Najah
4. Kitab Na.siimul Hayah Syarah Safinatun Najah
5. Kitab Innarotut tDuja Bitanlwiril Hija Syarah Safinah Najah

Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut

(فَصْلٌ) اَلَّذِيْ لَا يُفْطِرُ مِمَّا يَصِلُ إِلَى الْجَوْفِ سَبْعَةُ أَفْرَادٍ : مَايَصِلُ إِلَى الْجَوْفِ بِنِسْيِانٍ أَوْ جَهْلٍ أَوْ إِكْرَاهٍ  وَبِجَرَيَانِ رِيْقٍ بِمَا بَيْنَ أَسْنَانِهِ وَقَدْ عَجَزَ عَنْ مَجِّهِ لِعُذْرِهِ وَمَا وَصَلَ إِلىَ الْجَوْفِ وَكَانَ غُبَارَ طَرِيْقٍ ، وَمَا وَصَلَ إِلَيْهِ وَكَانَ غَرْبَلَةَ دَقِيْقٍ ، أَوْذُبَابًا طَائِرًا أَوْ نَحْوَهُ .

Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam, yaitu:
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut denga lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya, sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut atau sejenisnya.

Membatalkan puasa di siang Ramadhan

(فَصْلٌ) اَلْإَفْطَارُ فِي رَمَضَانَ أَرْبَعَةُ اَنْوَاعٍ: وَاجِبٌ كَمَا فِي الْحَائِضِ وَالّنُفَسَاءِ، وَجَائِزٌ كَمَا فِي الْمُسَافِرِ وَالْمَرِيْضِ وَلَاوَلَاكَمَا فِي الْمَجْنُوْنِ، وَمُحَرَّمٌ كَمَنْ أَخَّرَ قَضَاءَ رَمَضَانَ مَعَ تَمَكّنِهِ حَتّىَ ضَاقَ الْوَقْتُ عَنْهُ .
وَأَقْسَامُ الْإِفْطَارِ أَرْبَعَةُ : أَيْضًا مَا يَلْزَمُ فِيْهِ الْقَضَاءُ وَالْفِدْيَةُ وَهُوَ اِثْنَانِ:اَلْأَوَّلُ اَلْإِفْطَارُ لِخَوْفٍ عَلَى غَيْرِهِ ، وَالّثَانِيَ الْإِفْطَارُ مَعَ تَأْخِيْرِ قَضَاءٍ مَعَ إِمْكَانِهِ حَتّىَ يَأْتِيَ رَمَضَانُ آخَرُ ، ثَانِيْهَا مَايَلْزَمُ فِيْهِ الْقَضَاءُ دُوْنَ الْفِدْيَةِ وَهُوَ يَكْثَرُ كَمُغْمَى عَلَيْهِ ، وَثَالِثُهَا مَا يَلْزَمُ فِيْهِ الْفِدْيَةُ دُوْنَ الْقَضَاءِ وَهُوَشَيْخٌ كَبِيْرٌ ، وَرَابِعُهَا لَا وَلاَ وَهُوَ اَلْمَجْنُوْنُ اَلَّذِيْ لَمْ يَتَعَدَّ بِجُنُوْنِهِ .

Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, sebagaimana terhadap wanita yang haid atau nifas.
2. Dibolehkan, sebagaimana orang yang berpergian jauh dan orang yang sakit.
3. Tidak terkena hukum apa-apa sebagaimana orang yang gila.
4. Diharamkan berbuka seperti orang yang mengakhirkan qadha puasa ramadhan sedangkan ia mampu mengerjakannya,sehingga waktu mengqadhanya sempit.
Kemudian terbagi orang-orang yang telah batal puasanya kepada empat bagian, yaitu:
1. Orang yang diwajibkan qhadha dan fidyah ada 2 yaitu,
a. perempuan yang membatalkan puasanya karena kawatir terhadap (keselamatan jiwa) orang lain saperti ibu yang sedang dalam masa menyusui anaknya atau hamil karena dikhawatirkan kesehatan bayinya
b. Dan seperti orang yang menunda qhadha puasanya sampai tiba Ramadhan berikutnya.
 fidyahnya yaitu 1 mud atau 0,6 Kg atau 3/4 liter beras untuk satu hari puasa.

2. Orang yang diwajibkan mengqhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan, lupa berniat puasa.
3. Orang yang diwajibkan terhadapnya fidyah tanpa mengqhadha, seperti orang yang sangat tua yang tidak kuasa.
4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan membayar fidyah, seperti orang gila yang tidak menyengaja dengan gilanya.

yang membatalkan puasa

(فَصْلٌ) يَبْطُلُ الّصَوْمُ : بِرِدَّةٍ وَحَيْضٍ وَنِفَاسٍ أَوْ وِلاَدَةٍ وَجُنُوْنٍ وَلَوْ لَحْظَةً وَبِإِغْمَاءٍ وَسَكَرٍ تَعَدّىَ بِهِ إِنْ عَمَّا جَمِيْعَ الّنَهَارِ
Batal puasa seseorang dengan beberapa macam, yaitu:
- Sebab-sebab murtad.
- Haidh.
- Nifas.
- Melahirkan.
- Gila sekalipun sebentar.
- Pingsan dan mabuk yang sengaja jika terjadi sehari penuh

mengqodo puasa dan kifarat

(فَصْلٌ) وَ يَجِبُ مَعَ الْقَضَاءِ لِلّصَوْمِ الْكَفَّارَةُ الْعُظْمَى وَالّتَعْزِيْرُ عَلَى مَنْ أَفْسَدَ صَوْمَهُ فِي رَمَضَانَ يَوْمًا كَامِلًا بِجِمَاعِ تَامٍّ آَثِمٍ بِهِ لِلّصَوْمِ

وَيَجِبُ مَعَ الْقَضَاءِ الْإِمْسَاكُ لِلّصَوْمِ فِي سِتَّةِ مَوَاضِعَ:اَلْأَوَّلُ فِي رَمَضَانَ لاَفِيْ غَيْرِهِ عَلَى مُتَعَدٍّ بِفِطْرِهِ، وَالّثَانِي عَلَى تَارِكِ الّنِيَّةِ لَيْلًا فِي الْفَرْضِ، وَالّثَالِثُ عَلَى مَنْ تَسَحَّرَ ظَانًّا بَقَاءَ الّلَيْلِ فَبَانَ خِلاَفُهُ  ، وَالّرَابِعُ عَلَى مَنْ اَفْطَرَ ظَانًّاً الْغُرُوْبَ فَبَانَ خِلَافُهُ اَيْضًا ،  وَاْلخَامِسُ عَلَى مَنْ بَانَ لَهُ يَوْمُ ثَلَاثِى مِنْ شَعْبَانَ أَنَّهُ مِنْ رَمْضَانٍ ، وَالّسَادِسُ عَلَى مَنْ سَبَقَهُ مَاءُ الْمُبَالَغَةِ مِنْ مَضْمَضَةٍ وَاسْتِنْشَاقٍ
Diwajibkan: mengqhadha puasa,dan membayar kafarat yang berat dan serta dihukum ta’zir teguran terhadap orang yang membatalkan puasanya di bulan Ramadhan satu hari penuh dengan sebab menjima’ lagi berdosa sebabnya .
Dan wajib serta qhadha: menahan makan dan minum ketika batal puasanya pada enam tempat:
1. Dalam bulan Ramadhan bukan selainnya, terhadap orang yang sengaja membatalkannya.
2. Terhadap orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang Fardhu.
3. Terhadap orang yang bersahur karena menyangka masih malam, kemudian diketahui bahwa Fajar telah terbit.
4. Terhadap orang yang berbuka karena menduga Matahari sudah tenggelam, kemudian diketahui bahwa Matahari belum tenggelam.
5. Terhadap orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir Sya’ban tanggal tigapuluh, kemudian diketahui bahwa awal Ramadhan telah tiba.
6. Terhadap orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung,sehingga masuk kedalam tenggorokannya.

Rukun puasa ramadhan

(فَصْلٌ)أَرْكَانُهُ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: نِيَّةٌ لَيْلًا لِكُلِّ يَوْمٍ فِيْ الْفَرْضِ وَتَرْكُ مُفْطِرٍ ذَاكِرًا مُخْتَارًا غَيْرَ جَاهِلٍ مَعْذُوْرٍ وَصَائِمٌ .


Rukun puasa ramadhan ada tiga perkara, yaitu:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan ingat (sadar), dan atas kehendak sendiri (tidak ada paksaan) dan tidak bodoh yang ma’zur (dima’afkan).
3. Orang yang berpuasa.

Syarat wajib puasa ramadhan

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ وُجُوْبِهِ خَمْسَةُ اَشْيَاءَ : اِسْلَامٌ  وَتَكْلِيْفٌ وَإِطَاقَةٌ وَصِحَّةٌ وَإِقَامَةٌ
Syarat wajib puasa ramadhan ada lima perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Taklif (dituntut oleh hukum agama,sebab sudah dewasa dan berakal).
3. Kuat mengerjakan berpuasa.
4. Sehat.
5. Iqamah (penduduk tetap tidak bepergian jauh).

Syarat sah puasa ramadhan

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ صِحَّتِهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : إِسْلَامٌ وَعَقْلٌ وَنِقَاءٌ مِنْ نَحْوِ حَيْضٍ وَعِلْمٌ بِكَوْنِ الْوَقْتِ قَبِلًا ِللّصَوْمِ .

Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4) perkara, yaitu:
1.Beragama Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari  haidh dan nifas.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.


Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu dari lima ketentuan-ketentuan

(فَصْلٌ) يَجِبُ صَوْمُ رَمَضَانَ بِأَحَدِ أُمُوْرِ خَمْسِةٍ : (أَحَدُهَا ) بِكَمَالِ شَعْبَانَ ثلَاَثِيْنَ يَوْمًا (وَثَانِيْهَا) بِرُؤْيَةِ الْهِلاَلِ فِيْ حَقِّ مَنْ رَآَهُ وَاِنْ كَانَ فَاسِقًا (وَثَالِثُهَا) بِثُبُوْتِهِ فِيْ حَقِّ مَنْ لَمْ يَرَهُ بِعَدْلِ شَهَادَةٍ (وَرَابِعُهَا) ِبإِخْبَارِ عَدْلِ رِوَايَةٍ مَوْثُوْقٍ بِهِ سَوَاءٌ وَقَعَ فِيْ الْقَلْبِ صِدْقُهُ اَمْ لاَ اَوْغَيْرِ مَوْثُوْقٍ بِهِ اِنْ وَقَعَ فِيْ الْقَلْبِ صِدْقُهُ  (وَخَامِسُهَا) بِظَنِّ دُخُوْلِ رَمْضَانَ بِالْإِجْتِهَادِ فِيْمَنِ اشْتَبَهَ عَلَيْهِ ذَلِكَ .

(Fasal Satu)
Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu dari lima ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri walaupun orang fasik.
3. Dengan melihat bulan yang disaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik yang mendengar kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau tidak dipercaya akan tetapi orang yang mendengar membenarkannya.
5. Dengan beijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan dengan hal tersebut.


Harta yang wajib di keluarkan zakatnya

(فَصْلٌ) اَلْأَمْوَالُ اَلَّتِي تَلْزَمُ فِيْهَا اَلّزَكَاةُ سِتَّةُ أَنْوَاعٍ: اَلّنَعَمُ وَالّنَقْدَانِ وَالْمُعَشَّرَاتُ وَأَمْوَالُ الّتِجَارَةِ ، وَاجِبُهَا رُبْعُ عُشُرٍ قِيْمَةِ عُرُوْضِ الّتِجَارَةِ وَاّلَرِكَازُ وَالْمَعْدَنُ

Harta yang wajib di keluarkan zakatnya ada enam macam, yaitu:
1. Binatang ternak)seperti kambing,biri-biri, sapi, kerbau, unta).
2. Emas dan perak.
3. Biji-bijian (yang menjadi makanan pokok).
4. Harta perniagaan. Zakatnya yang wajib di keluarkan adalah 4/10 dari harta tersebut.
5. Harta yang tertkubur/ barang simpanan zaman dulu kala.
6. Hasil tambang.(yang terdiri dari emas dan perak)


Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci/berwudu)

(فَصْلٌ) اَلْإِسْتِعَانَاتُ أَرْبَعُ خِصَالٍ : مُبَاحَةٌ وَخِلَافُ الْأَوْلَى وَمَكْرُوْهَةٌ وَوَاجِبَةٌ فَالْمُبَاحَةُ هِيَ تَقْرِيْبُ الْمَاءِ ، وَخِلاَفُ الْأَوْلِىَ هِيَ صَبُّ الْمَاءِ عَلَى نَحْوِ الْمُتَوَضِّئِ ،وَاْلمَكْرُوْهَةُ هِيَ لِمَنْ يَغْسِلُ أَعْضَاءَهُ ، وَالْوَاجِبَةُ هِيَ لِلْمَرِيْضِ عِنْدَ الْعَجْزِ
Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci/berwudu) ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Boleh.
2. Khilaf Aula (menyimpang dari keutamaan).
3. Makruh
4. Wajib.
Boleh (mubah) meminta untuk mendekatkan air.
Khilaf aula meminta menuangkan air  kebagian anggota orang yang berwudua.
Makruh meminta membasuh anggota-anggota (wudhu) nya.

Wajib meminta menuangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah (tidak mampu untuk melakukannya sendiri).

syarat kuburan yang boleh digali kembali

(فَصْلٌ) يُنْبَشُ الْمَيِّتُ لِأَرْبَعِ خِصَالٍ : لِلْغُسْلِ إِذَا لَمْ يَتَغَيَّرْ وَلِتَوْجِيْهِهِ إِلَى الْقِبْلَةِ وَلِلْمَالِ إِذَا دُفنِ مَعَهُ ،  وَلِلْمَرْأَةِ إِذَا دُفْنِ جَنِيْنُهَا مَعَهَا وَأَمْكَنَتْ حَيَاتُهُ .


Mayat boleh digali kembali, karena ada salah satu dari empat perkara, yaitu:
1. Untuk dimandikan jika (belum dimandkan) apabila belum berubah bentuk.
2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat(bila asalnya tidak menghadap kiblat).
3. Untuk mengambil harta yang terkubur bersama mayat.
4. Wanita yang janinnya tertanam bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih hidup.

cara mengubur jenazah

(فَصْلٌ)أَقَلُّ الّدَفْنِ  : حُفْرَةٌ تَكْتُمُ رَائِحَتَهُ وَتَحْرُسُهُ مِنَ الّسِبَاعِ .وَأَكْمَلُهُ قَامَةٌ وَبَسْطَةٌ، وَيُوْضَعُ خَدُّهُ عَلَى الّتُرَابِ وَيَجِبُ تَوْجِيْهُهُ إِلَى الْقِبْلَةِ .


Sekurang-kurang menanam (mengubur) mayat adalah dalam lubang yang menutup bau mayat dan menjaganya dari binatang buas. Yang lebih sempurna adalah setinggi orang berdiri sambil meluruskan tangannya ke atas, serta diletakkan pipinya di atas tanah. Dan wajib menghadapkan mukanya ke arah qiblat.

Rukun shalat jenazah

(فَصْلٌ) أَرْكَانُ صَلَاةِ الْجَنَازَةِ سَبْعَةٌ :اَلْأوَّلُ اَلّنِيَّةُ ،اَلّثَانِي أَرْبَعُ تَكْبِيْرَاتٍ ، اَلّثَالِثُ اَلْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ ، اَلّرَابِعُ قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ ،اَلْخَامِسُ اَلّصَلاَةُ عَلَى الّنَبِيِّ صَلَى اللُهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الّثَانِيَةِ،اَلّسَادِسُ اَلّدُعَاءُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الّثَالِثَةِ ،اَلّسَابِعُ اَلّسَلَامُ
Rukun shalat jenazah ada tujuh (7), yaitu:
1. Niat.
2. Empat kali takbir.
3. Berdiri bagi orang yang mampu.
4. Membaca Surat Al-Fatihah sesudah takbir pertama.
5. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir yang kedua.
6. Do’a untuk si mayat sesudah takbir yang ketiga.
7. Membaca salam sesudah takbir keempat
.

Cara mengkafani jenazah

(فَصْلٌ) أَقَلُّ الْكَفْنِ  : ثَوْبٌ يَعُمُّهُ.، وَأَكْمَلُهُ لِلرَّجُالِ ثَلَاثُ لَفَائِفَ ، وَلِلْمَرْأَةِ قَمِيْصٌ وَخُمَارٌ وَإِزَارٌ وَلَفَافَتَانِ .

Cara mengkafan:
Minimal: dengan sehelai kain yang menutupi seluruh badan. Adapun cara yang sempurna bagi laki-laki: menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain, sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala), sarung dan 2 helai kain.


cara memandikan jenazah

(فَصْلٌ)أَقَلُّ الْغُسْلِ : تَعْمِيْمُ بَدَنِهِ بِالْمَاءِ. وَأَكْمَلُهُ أَنْ يَغْسِلَ سَوْأَتَيْهِ وَأَنْ يُزِيْلَ الْقَذَرَ مِنْ أَنْفِهِ وَأَنْ يُوْضِئَهُ وَأَنْ يَدْلُكَ بَدَنَهُ بِالّسِدْرِ وَأَنْ يَصُبَّ المَاءَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا.

Cara memandikan seorang muslim yang meninggal dunia:
Minimal (paling sedikit): membasahi seluruh badannya dengan air dan bisa disempurnakan dengan membasuh qubul dan duburnya, membersihkan hidungnya dari kotoran, mewudhukannya, memandikannya sambil diurut/digosok dengan air daun sidr (pohon bidara)(sabun, kafur,dan cendana) dan membasuh badannya dengan air tiga kali.


kewajiban terhadap yang meninggal dunia

(فَصْلٌ)اَلَّذِيْ يَلْزَمُ لِلْمَيِّتِ أَرْبَعُ خِصَالٍ : غُسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالّصَلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ

 Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu:
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Menshalatkan (sholat jenazah).
4. Memakamkan .

Syarat sah khutbah jum’at

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الْخُطْبَتَيْنِ عَشَرَةٌ : اَلَّطَهَارَةُ عَنِ الْحَدَثَيْنِ اَلْأَصْغَرِ وَاْلَأكْبَرِ وَالّطَهَارَةِ عَنِ الّنَجَاسَةِ فِيْ الّثَوْبِ وَالْبَدَنِ وَالْمَكَانِ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَالْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ وَالْجُلُوْسِ بَيْنَهُمَا فَوْقَ طُمَأْنِيْنَةِ الّصَلاَةِ وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الّصَلَاةِ وَأَنْ تَكُوْنَ بَالْعَرَبِيَّةِ وَأَنْ يُسْمِعَهُمَا  أَرْبَعِيْنَ وَأَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِيْ وَقْتِ الّظُهْرِ
Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Suci dari najis pada pakaian, badan dan tempatnya
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.

Rukun khutbah Jum’at

. (فَصْلٌ)أَرْكَانُ الْخُطْبَتَيْنِ خَمْسَةٌ: حَمْدُ اللِه فِيْهِمَا وَالّصَلاَةُ عَلَى الّنَبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِيْهِمَا وَالْوَصِيَّةُ بِالّتَقْوَى فِيْهِمَا وَقِرَاءَةُ آيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ فِيْ أِحْدَاهُمَا وَالّدُعَاءُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فِيْ الْأَخِيْرَةِ .


Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu  dari dua khutbah.
5. Mendo’akan kaum mukmin dan mukminat pada akhir khutbah.

Syarat sah shalat Jum’at

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الْجُمْعَةِ سِتَّةٌ : أَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِي وَقْتِ الّظُهْرِ وَأَنْ تُقَامَ فِي خِطَّةِ الْبَلَدِ وَأَنْ تُصَلّيَ جَمَاعَةً وَأَنْ يَكُوْنُوْا أَرْبَعِيْنَ أَحْرَارًا ذُكُوْرًا بَالِغِيْنَ مُسْتَوْطِنِيْنَ وَأَنْ لَا يَسْبِقَهَا وَلَا يُقَارِنَهَا جُمُعَةٌ فِي تِلْكَ الْبَلَدِ وَأَن يَتَقَدَّمَهَا خُطْبَتَانِ


Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, baligh dan penduduk asli daerah tersebut.
5. Tidak didahului dan tidak bersamaan dengan shalat jumat lainnya yang ada di daerahnya ,kecuali bila mesjid tidak tertampung boleh lebih
6.Harus didahului oleh dua khutbah.

Syarat sah shalat Jum’at

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الْجُمْعَةِ سِتَّةٌ : أَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِي وَقْتِ الّظُهْرِ وَأَنْ تُقَامَ فِي خِطَّةِ الْبَلَدِ وَأَنْ تُصَلّيَ جَمَاعَةً وَأَنْ يَكُوْنُوْا أَرْبَعِيْنَ أَحْرَارًا ذُكُوْرًا بَالِغِيْنَ مُسْتَوْطِنِيْنَ وَأَنْ لَا يَسْبِقَهَا وَلَا يُقَارِنَهَا جُمُعَةٌ فِي تِلْكَ الْبَلَدِ وَأَن يَتَقَدَّمَهَا خُطْبَتَانِ


Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, baligh dan penduduk asli daerah tersebut.
5. Tidak didahului dan tidak bersamaan dengan shalat jumat lainnya yang ada di daerahnya ,kecuali bila mesjid tidak tertampung boleh lebih
6.Harus didahului oleh dua khutbah.

Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah

(فَصْلٌ) اَلْأَرْكَانُ الَّتيْ تَلْزَمُ فَيْهَا الّطًمَأِنيْنَةُ أَرْبَعَةٌ : اَلّرُكُوْعُ وَالْإِعْتِدَالُ وَالّسُجُوْدُ وَالْجُلًوْسُ بَيْنَ الّسَجْدَتَيْنِ .
اَلّطُمَأنِيْنَةُ هِيَ  : سُكُوْنٌ بَعْدَ حَرَكَةٍ بِحَيْثُ يَسْتَقِرُّ كُلُّ عُضْوٍ مَحَلَّهُ بِقَدْرِ سُبْحَانَ اللهِ .


Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.
Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).


syarat qasar

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الْقَصْرِ سَبْعَةٌ : أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ  مَرْحَلَتَيْنِ وَأَنْ يَكُوْنَ مُبَاحًا وَالْعِلْمُ بِجَوَازِ الْقَصْرِ وَنِيَةُ الْقَصْرِعِنْدَ الْإِحْرَامِ وَأَنْ تَكُوْنَ اَلّصَلاَتُ رُبَاعِيَةً وَدَوَامُ الّسَفَرِ اِلَى تَمَامِهَا وَاَنْ لَايَقْتَدِيَ بِمُتِمٍّ فِي جُزْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ .


Ada tujuh syarat qasar, yaitu:
1- Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam).
2- Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3- Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4- Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5- Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat).
6- Masih dalam perjalanan(udzur) sampai selesai mengerjakan shalat.
7- Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.

syarat jamak takhir

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ جَمْعِ الّتَأْخِيْرٍ إِثْنَانِ : نِيَةُ الّتَأْخِيْرِ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ وَقْتِ الْأُوْلَى مَايَسَعُهَا وَدَوَامُ الْعُذْرِ إِلَى تَمَامِ الثَّانِيَةِ .

Ada dua syarat jamak takhir, yaitu:
1- Niat ta’khir (pada waktu shalat pertama walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat tersebut).
2- Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.

syarat sah jamak taqdim

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ جَمْعِ الّتَقْدِيْمِ أَرْبَعَةٌ : اَلْبَدَاءَةُ بِالْأُوْلَى وَنِيَةُ الْجَمْعِ فِيْهَا وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا وَدَوَامُ الْعُذْرِ .


Ada empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu:
1- Di mulai dari shalat yang pertama.
2- Niat jamak pada shalat pertama(mengumpulkan dua shalat sekaligus).
3- Berturut – turut diantara keduanya dan
4-Masih dalam keadaan Udzur(halangan) pada waktu mengerjakannya


Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah

وَتَبْطُلُ فِي أَرْبَع : قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ وَقُدْوَةُ رَجُلٍ بِخُنْثَى وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِامْرَأَةٍ وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِخُنْثَى


Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki – laki bermakmum kepada  perempuan.
2- Laki – laki bermakmum kepada  banci.
3- Banci bermakmum kepada  perempuan.
4- Banci bermakmum kepada  banci.


Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah

(فَصْلٌ) صُوَرُ الْقُدْوَةِ تِسْعٌ تَصِحُّ فِي خَمِسٍ : قُدْوَةُ رَجُلٍ بِرَجُلٍ وَقُدْوَةِ امْرَأَةٍ بِرَجُلٍ وَقُدْوَةِ خُنْثَى بِرَجُلٍ وَقُدْوَةِ امْرَأَةٍ بِخُنْثَى وَقُدْوَةِ امْرَأَةٍ بِامْرَأَةٍ ،


Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki –laki bermakmum kepada  laki – laki.
2- Perempuan bermakmum kepada  laki – laki.
3- Banci bermakmum kepada  laki – laki.
4- Perempuan bermakmum kepada  banci.
5- Perempuan bermakmum kepada  perempuan.

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الْقُدْوَةِ أَحَدَ عَشَرَ : أَنْ لَايَعْلَمَ بُطْلَانَ صَلاَةِ إِمَامِهِ بِحَدَثٍ أَوْ غَيْرِهِ , وَأَنْ لَايَعْتَقِدَ وُجُوْبُ قَضَائِهَا عَلَيْهِ وَأَنْ لَا يَكُوْنَ مَأْمُوْمًا وَلاَ أُمِّيًّا وَأَنْ لاَيَتَقَدَّمَ عَلَيْهِ فِي الْمَوْقِفِ وَأَنْ يَعْلَمَ اِنْتِقَالَاتِ إِمَامِهِ وَأَنْ يَجْتَمِعَا فِي مَسْجِدٍ أَوْ فِي ثَلَثَمِائَةِ ذِرَاعٍ تَقْرِيْبًا وَأَنْ يَنْوِيَ الْقُدْوَةَ أَوِ الْجَمَاعَةِ وَأَنْ يَتَوَافَقَ نَظْمُ صَلاَتِهِمَا وَأَنْ لَا يُخَالِفَهُ فِي سُنَّةٍ فَاحِشَةِ الْمُخَالِفَةِ وَأَنْ يَتَابِعَهُ

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (tidak fasih qiraatnya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam(dari berdiri ke ruku,dari ruku ke I’tidal dsb).
7- Imam dan Makmum harus berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi/ tidak menyimpang dari imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali(seperti sujud sahwi atau sujud tilawah.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.


Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam

(فَصْلٌ) اَلّذِيْ يَلْزَمُ فِيْهِ نِيَّةُ الْإِمَامَةِ أَرْبَعٌ : اَلْجُمْعَةُ وَالْمُعَادَاةُ وَالْمَنْذُوْرَةُ جَمَاعَةً وَالْمُتَقَدِّمَةُ فِي الْمَطَرِ .


Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat macam, yaitu:
1- Menjadi Imam juma`t
2- Menjadi imam dalam shalat mu`aadah (seperti: orang shalat munfarid,sesudah selesai shalat dating orang lain,lalu orang itu shalat lagi secara berjamaah agar mendapatkan fadhilah berjamaah).
3- Menjadi imam shalat nazar berjama`ah
4- Menjadi imam shalat jamak taqdim pada waktu atau sebab hujan

Perkara yang membatalkan shalat

(فَصْلٌ) تَبْطُلُ الّصَلاَةُ بِأَرْبَعَ عَشَرَةَ خُصْلَةً : بِالْحَدَثِ وَبِوُقُوْعِ  الّنَجَاسَةِ إِنْ لَمْ تُلْقَ حَالًا مِنْ غَيْرِ حَمْلٍ ، وَانْكِشَافِ الْعَوْرَةِ إِنْ لَمْ تُسْتَرْ حَالًا، وَالّنُطْقِ بِحَرْفَيْنِ أَوْ بِحَرْفٍ مُفْهِمٍ عَمْدًا ، وَبِالْمُفْطِرِ عَمْدًا ، وَالْأَكْلِ الْكَثِيْرِ نَاسِيًا ،وَثَلَاثِ حَرَكَاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ وَلَوْ سَهْوًا وَالْوَثْبَةِ الْفَاحِشَةِ وَالّضَرْبَةِ الْمُفْرِطَةِ ، وَزِيَادَةِ رُكْنٍ فِعْلِيِّ عَمْدًا ، وَالّتَقَدُّمِ عَلَى إِمَامِهِ بِرُكْنَيْنِ فِعْلِيَّيْنِ ، وَالّتَخَلُفِ بِهِمَا بِغَيْرِ عُذْرٍ ، وَنِيَةِ قَطْعِ الّصَلاَةِ ، وَتَعْلِيْقِ قَطْعِهَا بِشَيْءٍ وَالّتَرَدُّدِ فِي قَطْعِهَا .



Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:
1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak ditutup seketika.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham dan mengandung arti serta disengaja(seperti: qi = jaga olehmu!).
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang jauh( bergerak seluruh anggota atau sebagian besar dari badan yang tidak diperlukan)..
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja(seperti menambah rakaat) .
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Tertinggal oleh imam denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14.Berniat akan membatalkan shalat,menangguhkan membatalkan shalat dengan sesuatu(seperti: apabila saudaraku dating,aku akan batalkan shalat ini dsb).dan merasa ragu-ragu dalam membatalkannya..

Ab’adusshalah

(فَصْلٌ) أَبْعَاضُ الّصَلَاةِ سَبْعَةٌ : اَلّتَشَهُّدُ الْأَوَّلُ وَقُعُوْدُهُ وَالّصَلاَةُ عَلَى الّنَبِيِّ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْهِ ، وَالّصَلاَةُ عَلَى اْلآلِ فِي الّتَشَهُدِ الْأَخِيْرِ، وَالْقُنُوْتُ وَقِيَامُهُ،وَالّصَلاَةُ وَالّسَلَامُ عَلَى الّنَبِيِّ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَآلِهِ وَصَحْبِهَ فِيْهِ.



Ab’adusshalah ada enam, yaitu:
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri untuk do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.

Sebab sujud sahwi

(فَصْلٌ) أَسْبَابُ سُجُوْدِ الّسَهْوِ أَرْبَعَةٌ :اَلْأَوَّلُ تَرْكُ بَعْضِ مِنْ أَبْعَاضِ الّصَلَاةِ أَوْ بَعْضِ الْبَعْضِ ، اَلّثَانِيْ فِعْلُ مَايُبْطِلُ عَمْدُهُ وَلَايُبْطِلُ سَهْوُهُ إِذَا فَعَلَهُ نَاسِيًا ، اَلّثَالِثُ نَقْلُ رُكْنٍ قَوْلِيٍّ إِلَى غَيْرِ مَحَلِّهِ ، اَلّرَابِعُ إِيْقَاعُ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ مَعَ احْتِمَالِ الّزِيَادَةِ


Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu:
1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat (pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).
2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak membatalkan jika ia lupa(seperti menambah rukun shalat).
3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kepada yang bukan tempatnya.
4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan(karena ragu-ragu atau lupa).

Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah

(فَصْلٌ) اَلْأَرْكَانُ الَّتيْ تَلْزَمُ فَيْهَا الّطًمَأِنيْنَةُ أَرْبَعَةٌ : اَلّرُكُوْعُ وَالْإِعْتِدَالُ وَالّسُجُوْدُ وَالْجُلًوْسُ بَيْنَ الّسَجْدَتَيْنِ .
اَلّطُمَأنِيْنَةُ هِيَ  : سُكُوْنٌ بَعْدَ حَرَكَةٍ بِحَيْثُ يَسْتَقِرُّ كُلُّ عُضْوٍ مَحَلَّهُ بِقَدْرِ سُبْحَانَ اللهِ .


Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.
Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).


Tempat saktah

(فَصْلٌ) سَكْتَاتُ الّصَلَاةِ سِتَّةٌ : بَيْنَ تَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ وَدُعَاءِ الْإِفْتِتَاحِ وَبَيْنَ دُعَاءِ الْاِفْتِتَاحِ وَالّتَعَوُّذِ وَبَيْنَ الْفَاتِحَةِ وَالّتَعَوُّذِ، وَبَيْنَ آَخِرِ الْفَاتِحَةِ وَآَمِيْنَ ، وَبَيْنَ آمِيْنَ وَالّسُوْرَةِ ، وَبَيْنَ الّسُوْرَةِ وَالّرُكُوْعِ .


Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2. Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk).
3. Antara ta’awudz dan membaca fatihah.
4. Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan amin).
5. Antara ta’min dan membaca surat (qur’an).
6. Antara membaca surat dan ruku’.


Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah.

tentang haram sholat

(فَصْلٌ ) تَحْرُمُ الّصَلاَةُ الَّتِيْ لَيْسَ لَهَا سَبَبٌ مُتَقَدِّمٌ وَلاَ مُقَارِنٌ فِي خَمْسَةِ أَوْقَاتٍ : عِنْدَ طُلُوْعِ الّشَمْسِ حَتّىَ تَرْتَفِعَ  قَدْرَ رُمْحٍ وَعِنْدَ الْإِسْتِوَاءِ فِي غَيْرِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ حَتَّىَ تَزُوْلَ ، وَعنْدَ الْإِصْفِرَارِ حَتّىَ تَغْرُبَ وَبَعْدَ صَلاَةِ الّصُبْحِ حَتّىَ تَطْلُعَ الّشَمْسُ وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ حَتّىَ تَغْرُبَ

Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu:
1. Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3. Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari.
5. Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam.


waktu waktu sholat

(فَصْلٌ) أَوْقَاتُ الّصَلاَةِ خَمْسٌ: أَوَّلُ وَقْتِ الّظُهْرِ زَوَالُ الّشَمْسِ  ، وَآَخِرُهُ مَصِيْرُ ظِلِّ الَشْيءِ مِثْلَهُ غَيْرَ ظِلِّ الْإِسْتِوَاءِ ، وَأَوَّلُ وَقْتِ الْعَصْرِ إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَهُ وَزَادَ قَلِيْلًا ، وَآَخِرُهُ غُرُوْبُ الّشَمْسِ . وَأَوَّلُ وَقْتُ الْمَغْرِبِ غُرُوْبُ الشَّمْسِ وَآَخِرُهُ غُرُوْبُ الّشَفَقِ الْأَحْمَرِ ،وَاَوَّلُ وَقْتِ الْعِشَاءِ غُرُوْبُ الّشَفَقِ الْأَحْمَرِ وَآَخِرُه ُطُلُوْعُ الْفَجْرِ الّصَادِقِ وَاَوَّلُ وَقْتُ الّصُبْحِ طُلُوْعِ الْفَجْرِ الّصَادِقِ  وَآَخِرُهُ طُلُوْعُ الّشَمْسِ .
اَلْأَشْفَاقُ ثَلاَثَةٌ : أَحْمَرُ وَأَصْفَرُ وَأَبْيَضُ .اَلْأَحْمَرُ مَغْرِبٌ وَلْأَصْفَرُ وَالْأَبْيَضُ عِشَاءٌ . وَيُنْدَبُ تَأْخِيْرُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى أَنْ يَغِيْبَ الّشَفَقُ الْأَصْفَرُ وَالْأَبْيَضُ
                     

1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.

2. Waktu salat Ashar:
Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.

3. Waktu shalat Magrib:
Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam.

4. Waktu shalat Isya
Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke utara.


5 Waktu shalat Shubuh:
Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan putih.

standar bacaan salam dalam tasyahud akhir

(فَصْلٌ) أَقَلُ الّسَلاَمِ : اَلّسَلاَمُ عَلَيْكُمْ تَشْدِيْدُ الّسَلاَمِ عَلَى الّسِيْنِ


Sekurang-kurang salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Assalaamu’alaikum. Adpun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak di huruf “Sin”.

Sekurang-kurang kalimat shalawat nabi dalam tasyahud

(فَصْلٌ ) تَشْدِيْدَاتُ أَقَلِّ الّصَلاَةِ عَلَى الّنَبِيِّ أَرْبَعٌ : اَلّلَهُمَّ عَلَى الّلَامِ وَالْمِيْمِ ، صَلِّ عَلَى الّلَامِ ، عَلَى مُحَمَّدٍ عَلَى  الْمِيْمِ
Sekurang-kurang kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Alloohumma sholliy ’alaa Muhammad.

(Adapun).harakat tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim” di Muhammad.


Tasydid dalam tasyahud

(فَصْلٌ) تَشْدِيْدَاتُ الّتَشَهُّدِ إِحْدَى  وَعِشْرُوْنَ : خَمْسٌ فِي أَكْمَلِهِ وَسِتَّةَ عَشَرَ فِي أَقَلِّهِ : اَلّتَحِيّاَتُ عَلَى الّتَاءِ وَالّيَاءِ اَلْمُبَارَكَاتُ الّصَلَوَاتُ عَلَى الّصَادِ ، اَلطّيّبِاَتُ عَلَى الّطَاءِ وَاْليَاءِ ،  ِللهِ عَلَى لَامِ الْجَلَالَةِ ، اَلّسَلَامُ عَلَى الّسِيْنِ ، عَلَيْكَ أَيُّهَا الَّنِبيُّ عَلَى الْيَاءِ وَالّنُوْنِ وَالْيَاءِ ، وَرَحْمَةُ اللهِ عَلَى لاَمِ الْجَلَالَةِ ، وَبَرَكَاتُهُ اَلّسَلَامُ عَلَى الّسِيْنِ ، عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ عَلَى لاَمِ الْجَلَالَةِ ، اَلّصَالِحِيْنَ عَلَى الّصَادِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ عَلَى لَامِ أَلِفٍ ،إِلاَّ اللهُ عَلَى لَامِ أَلِفٍ وَلَامِ الْجَلَالَة،ِ وَأَشْهَدُأَنَّ عَلَى الّنُوْنِ ، مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ عَلَى مِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الّرَاءِ وَعَلَى لَامِ الْجَلَالَةِ.



Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: harakah tasydid di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.

Syarat sah sujud

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الّسُجُوْدِ سَبْعَةٌ : أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْضَاءٍ وَأَنْ تَكُوْنَ جَبْهَتُهُ مَكْشُوْفَةً وَالّتَحَامُلُ بِرَأْسِهِ وَعَدَمُ الْهُوِىِّ لِغَيْرِهِ  وَأَنْ لَايَسْجُدَ عَلَى شَيْءٍ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ وَارْتِفَاعُ أَسَافِلِهِ عَلَى أَعَالِيْهِ وَالٌّطُمَأْنِيْنِةُ فِيْهِ


Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:
1. Sujud dengan tujuh anggota.
2. Dahi terbuka (jangan ada yang menutupi dahi).
3. Menekankan dahi seberat kepalanya.
4. Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5. Tidak boleh sujud di atas sesuatu yang bergerak dengan geraknya (seperti bersujud di atas ujung selendang yang dipakainya,tidak boleh)
6. Meninggikan anggota yang dibawah (pantat) daripada anggota yang diatasnya (kepala)
7. Thuma’ninah pada sujud.

(خَاتِمَةٌ) أَعْضَاءُ الّسُجُوْدِ سَبْعَةٌ : اَلْجَبْهَةُ وَبُطُوْنُ الْكَفَيْنِ وَالّرُكْبَتَانِ وَبُطُوْنُ أَصَابِعِ الّرِجْلَيْنِ.

Penutup:
Ketika seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh, yaitu:


1. Dahi.
2. Bagian dalam dari telapak tangan kanan
3. Bagian dalam dari telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki yang kanan.
5. Lutut kaki yang kiri.
6. Bagian dalam jari-jari kanan.
7. Bagian dalam jari-jari kiri

Tempat disunatkan mengangkat tangan ketika shalat

(فَصْلٌ) يُسَنُّ رَفْعُ الْيَدَيْنِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ: عِنْدَ تَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ وَعِنْدَ الّرُكُوْعِ وَعِنْدَ الْإِعْتِدَالِ وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ الّتَشَهُّدِ الْأَوَّلِ


Tempat disunatkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika akan Ruku’.
3. Ketika akan bangkit dari Ruku’ (I’tidal).

Tasydid dalam surah al-fatihah

(فَصْلٌ) تَشْدِيْدَاتُ الْفَاتِحَةِ أَرْبَعَ عَشَرَةَ:  بِسْمِ اللهِ فَوْقَ الّلَامِ ، اَلرَّحْمَنِ فَوْقَ الّرَاءِ ، اَلرَّحِيْمِ فَوْقَ الّرَاءِ ، اَلّحَمْدُ لِلهِ فَوْقَ لاَمِ الْجَلَالَةِ ، رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَوْقَ الْبَاءِ ، اَلّرَحْمَنِ فَوْقَ الّرَاءِ اَلّرَحِيْمِ فَوْقَ الّرَاءِ،مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ فَوْقَ الّدَالِ ، إيَّاكَ نَعْبُدُ فَوْقَ الْيَاءِ ، وَإيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ فَوْقَ الْيَاءِ ، اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ فَوْقَ الّصَادِ ، صِرَاطَ الَّذِيْنَ فَوْقَ اللّاَمِ ، أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ فَوْقَ الّضَادِ وَالّلاَمِ
Tasydid dalam surah al-fatihah ada empat belas, yaitu:
1. Tasydid huruf “Lam” jalalah pada lafal (الله ).
2. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (( الرّحمن .
3. Tasydid huruf “Ra’” pada lapal ( الرّحيم).
4. Tasydid “Lam” jalalah pada lafal ( الحمد لله).
5. Tasydid huruf “Ba’” pada kalimat (ربّ العالمين ).
6. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرّحمن ).
7. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرّحيم).
8. Tasydid huruf “Dal” pada lafal (الدّين ).
9. Tasydid huruf “Ya’” pada kalimat إيّاك نعبد) ).
10. Tasydid huruf “Ya” pada kalimat (وإيّاك نستعين ).
11. Tasydid huruf “Shad” pada kalimat ( اهدنا الصّراط المستقيم).
12. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (صراط الّذين ).
13. Tasydid “Dhad” pada kalimat (ولا الضالين).
14. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (ولا الضالين).


Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah

(فَصْلٌ ) شُرُوْطُ الْفَاتِحَةِ عَشَرَةٌ : اَلّتَرْتِيْبُ وَالْمُوَالَاةُ وَمُرَاعَاةُ حُرُوْفِهَا وَمُرَاعَاةُ تَشْدِيْدَاتِهَا وَأَنْ لَا يَسْكُتَ سَكْتَةً طَوِيْلَةً وَلَا قَصِيْرَةً يَقْصِدُ بِهَا قَطْعَ الْقِرَاءَةِ وَقِرَاءَةُ كُلِّ آيَاتِهَا وَمِنْهَا الْبَسْمَلَةُ وَعَدَمُ الّلَحْنِ الْمُخِلِّ بِالْمَعْنَى وَأَنْ تَكُوْنَ حَالَةَ اَلْقِيَامِ فِي الْفَرْضِ ، وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ الْقِرَاءَةَ وَأَنْ لَا يَتَخَلّلَهَا ذِكْرٌ أَجْنَبِيُّ

Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (yaitu membaca surat al-Fatihah sesuai urutan ayatnya).
2. Muwalat (yaitu membaca surat al-Fatihah dengan tanpa terputus).
3. Memperhatikan makhroj huruf (tempat keluar huruf)

4. Memperhatikan semua tasydidnya
5.Jangan berhenti terlalu lama dan terlalu pendek,yang bertujuan memutuskan bacaan fatihah
6. Membaca semua ayat al-Fatihah termasuk basmalah.
7. Tidak salah membacanya dengan kesalahan yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat al-Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Bacaannya terdengar oleh dirinya (kecuali orang tuli).
10. Tidak terhalang oleh bacaan yang lain.(yang tidak bertalian  dengan bacaan fatihah.bila terselang oleh aamiin tidak dilarang).

Syarat takbirotul ihrom

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ تَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ : سِتَّةَ عَشَرَ أَنْ تَقَعَ  حَالَةَ الْقِيَامِ فِيْ الْفَرْضِ وَأَنْ تَكُوْنَ بِالْعَرَبِيَّةِ وَأَنْ تَكُوْنَ بِلَفْظِ الْجَلَالَةِ وَبِلَفْظِ أَكْبَرُ وَالّتَرْتِيْبُ بَيْنَ الّلَفْظَيْنِ وَأَنْ لَايَمُدَّ هَمْزَةَ اْلجَلَالَةِ وَعَدَمُ مَدِّ بَاءِ أَكْبَرُ وَأَنْ لَا يُشَدِّدَ الْبَاءَ وَأَنْ لَايَزِيْدَ  وَاوًاً سَاكِنَةً أَوْ مُتَحَرِّكَةً بَيْنَ الْكَلِمَتَيْنِ  ، وَأَنْ لَايَزِيْدَ وَاوًا قَبْلَ اَلْجَلَالَةِ وَأَنْ لَايَقِفَ بَيْنَ كَلِمَتَيِ الّتَكْبِيْرِ وَقْفَةً طَوِيْلَةً وَلَا قَصِيْرَةً ، وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ جَمِيْعَ حُرُوْفِهَا وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ فِي الْمُؤَقَّتِ وَإِيْقَاعُهَا حَالَ الْإِسْتِقْبَالِ وَأَنْ لَا يُخِلَّ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِهَا وَتَأْخِيْرُ تَكْبِيْرَةِ اَلْمَأْمُوْمِ عَنْ تَكْبِيْرَةِ اْلإِمَامِ.
Syarat takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika berdiri (jika sholat tersebut fardhu).
2. Mengucapkannya dengan bahasa Arab.
3. Menggunakan lafal “Allah”.
4. Menggunakan lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara dua lafal tersebut.
6. Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak mentaysdidkan (mendobelkan/mengulang) huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambah huruf “Waw” berbaris atau tidak antara dua kalimat tersebut.
10. Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti antara dua kalimat sekalipun sebentar.
12. Terdengar oleh dirinya dua kalimat tersebut.
13. Masuk waktu sholat tersebut jika mempuyai waktu.
14. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika menghadap qiblat.
15. Tidak merusak dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbirotul ihrom ma’mum sesudah takbiratul ihrom dari imam.


Niat itu ada tiga derajat

(فَصْلٌ) اَلّنِيَّةُ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ  : إِنْ كَانَتِ الّصَلَاةُ فَرْضًا وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ وَالّتَعْيِيْنُ وَاْلفَرْضِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُؤَقَّتَةً كَرَاتِبَةٍ اَوْ ذَاتَ سَبَبٍ وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ وَالّتَعْيِيْنُ ، وَاِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُطْلَقًا وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ فَقَطْ .
 اَلْفَعْلُ :أُصَلِّي وَالّتَعْيِيْنُ: ظُهْرًا أَوْ عَصْرًا وَ الْفَرْضِيَّةُ : فَرْضًا

Niat itu ada tiga derajat, yaitu:
1. Jika sholat yang dikerjakan fardhu, diwajibkanlah niat qasdul fi’li (mengerjakan shalat tersebut), ta’yin (nama sholat yang dikerjakan) dan fardhiyah (kefardhuannya).
2. Jika sholat yang dikerjakan sunnah yang mempunyai waktu atau mempunyai sebab, diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut dan nama sholat yang dikerjakan seperti sunah Rowatib (sebelum dan sesudah fardhu-fardhu).
3. Jika sholat yang dikerjakan sunnah Mutlaq (tanpa sebab), diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut saja.


Yang dimaksud dengan qasdul fi’li adalah aku beniat sembahyang (menyengajanya), dan yang dimaksud ta’yin adalah seperti dzuhur atau asar, adapun fardhiyah adalah niat fardhu.

Rukun sholat

(فَصْلٌ ) أَرْكَانُ الّصَلَاةِ سَبْعَةَ عَشَرَ : اَلْأَوَّلُ اَلّنِيَّةُ ،اَلثَّانِيْ تَكْبِيْرَةُ الْإِحْرَامِ ، الّثَالِثُ اَلْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ فِيْ الْفَرْضِ ،اَلرَّابِعُ قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ ، اَلْخَامِسُ الّرُكُوْعُ ، اَلّسَادِسُ اَلّطُمَأنِيْنَةُ فِيْهِ ، اَلّسَابِعُ اَلْإِعْتِدَالُ ،اَلثَّامِنُ اَلّطُمَأنِيْنَةِ فِيْهِ ، اَلتَّاسِعُ اَلسُّجُوْدُ مَرَّتَيْنِ ،اَلْعَاشِرُ اَلّطُمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ ، اْلحَادِيْ عَشَرَ اْلجُلُوْسُ بَيْنَ الّسَجْدَتَيْنِ  ، اَلثَّانِيْ عَشَرَ اَلّطُمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ ،اَلّثَالِثَ عَشَرَ اَلّتَشَهُدُ اْلأَخِيْرُ ،اَلّرَابِعَ عَشَرَ اَلْقُعُوْدُ فِيْهِ ،اَلْخَامِسَ عَشَرَ : اَلّصَلَاةُ عَلَى الّنَبِيّ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِيْهِ،اَلّسَادِسُ عَشَرَ اَلّسَلَامُ ،اَلّسَابِعُ عَشَرَ اَلّتَرْتِيْبُ 


Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:
1. Niat.
2. Takbirotul ihrom (mengucapkan “Allahuakbar).
3. Berdiri bagi yang mampu  dalam sholat fardu.
4. Membaca surat al- fatihah.
5. Ruku’ (membungkukkan badan).
6. Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8. Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal).
9. Sujud dua kali.
10. Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud).
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk).
13.Membaca Tasyahud akhir.
14. Duduk diwaktu tasyahud akhir.
15.Membaca Sholawat (kepada Nabi S.A.W).sewaktu tasyahud akhir
16. Membaca Salam
17. Tertib (berurutan sesuai urutannya).

Syarat sah shalat

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ الّصَلَاةِ ثَمَانِيَّةٌ : طَهَارَةُ الْحَدَثَيْنِ وَالَّطَهَارَةُ عَنِ الّنَجَاسَةِ فِيْ الّثَوْبِ وَالْبَدَنِ  وَالْمَكَانِ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَاسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ وَاْلعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهَا وَأَنْ لَايَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فُرُوْضِهَا سُنَّةً وَاجْتِنَابُ الْمُبْطِلَاتِ
Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
5. Masuk waktu sholat.
6. Mengetahui rukun-rukan sholat.
7. Tidak menganggap fardu dari setiap fardu shalat sebagai sunat ( harus mengerti dengan jelas antara yang fardu dengan yang sunat)
8. Menjauhi semua yang membatalkan sholat.

اْلأَحْدَاثُ اِثْنَانِ : أَصْغَرُ وَأَكْبَرُ . فَالْأَصْغَرُ مَاأَوْجَبَ الْوُضُوْءَ . وَاْلَأكْبَرُ مَاأَوْجَبَ الْغُسْلِ *
اَلْعَوْرَاتُ أَرْبَعٌ : عَوْرَةُ اَلَّرَجُلِ مُطْلَقًا وَاْلأَمَةِ فِيْ الْصَّلاَةِ مَا بَيْنَ الّسُرَّةِ وَالّرُكْبَةِ وَعَوْرَةِ الْحُرَّةِ فِيْ الّصَلَاةِ جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَئ الْوَجْهِ وَاْلكَفَّيْنِ وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالْاَمَةِ عِنْدَ الْاَجَانِبِ جَمِيْعُ الْبَدَنِ وَعِنْدَ مَحَارِمِهِمَا وَالّنِسَاءِ مَا بَيْنَ الّسُرَّةِ وَالُّرُكْبَةِ


Macam-macam hadats ada dua macam, yaitu: Kecil dan Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
Macam macam aurat: Aurat ada empat macam, yaitu:
1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu antara pusar dan lutut.

Halangan ( yang membolehkan meninggalkan) shalat pada waktunya

(فَصْلٌ ) أَعْذَارُ الّصَلَاةِ اِثْنَانِ : اَلّنَوْمُ وَالّنِسْيَانُ


Halangan  ( yang membolehkan meninggalkan) shalat pada waktunya ada dua yaitu:
1. Tidur .(Karna tidak ada yang membangunkan sampai waktu sholat habis) tidak berlaku jika sengajatidur
2. Lupa.

Darah haid

(فَصْلٌ) أَقَلُّ الْحَيْضِ : يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَغَالِبُهُ سِتٌّ أَوْسَبْعٌ وَأَكْثَرُهُ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا بِلَياَلِهَا . أَقَلُ الُّطُهْرِ بَيْنَ الحَيْضَتَيْنِ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا وَغَالِبُهُ أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا أَوْ ثَلاَثَة ٌوَعِشْرُوْنَ يَوْمًا وَلَاَحَدَّ لِأَكْثَرِهِ .أَقَلُ الِّنِفَاسِ مَجَّةٌ وَغَالِبُهُ أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا وَأَكْثَرُهُ سِتُّوْنَ يَوْمًا

Darah haid yang keluar paling sedikit sehari semalam, namun pada umumnya selama enam atau tujuh hari, dan tidak akan lebih dari 15 hari  berikut malamnya. Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa sucinya. Paling sedikit masa nifas adalah sekejap mata atau setetes, pada umumnya 40 hari, dan paling lama 60 hari.


Cara menyucikan najis-najis

(فَصْلٌ ) اَلْمُغَلَظَةُ : تَطْهُرُ بِسَبْعِ غَسَلاَتٍ بَعْدَ إِزَالَة ِعَيْنِهَا ،إِحْدَاهُنَّ بِتُرَابٍ . وَالْمُخَفَّفَةُ : تَطْهُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ عَلَيْهَا مَعَ الْغَلَبَةِ وَإِزَالَةِ عَيْنِهَا .
وَالْمُتَوَسِّطَةُ تَنْقَسِمُ عَلَى قِسْمَيْنِ: عَيْنِيَّة ٍوَحُكْمِيَّةٍ . اَلْعَيْنِيَّةٍ  : اَلَّتِيْ لَهَا لَوْنٌ وَرِيْح ٌوَطَعْمٌ فَلاَ بُدَّ مِنْ إِزَالَةِ لَوْنِهَا وَرَيْحِهَا وَطَعْمِهَا . وَالْحُكْمِيَّةُ : اَلَّتِيْ لاَ لَوْنَ  وَلاَ رَيْحَ وَلاَطَعْمَ  يَكْفِيْكَ جَرْيُ الْمَاءِ عَلَيْهَا



Cara menyucikan najis-najis:
Najis besar (Mughallazoh), menyucikannya dengan membasuh sebanyak tujuh kali, , setelah hilang ‘ayin (benda) yang najis, salah satunya dengan menggunakan tanah.
Najis ringan (Mukhaffafah), menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan menghilangkan ‘ayin (benda) yang najis.
Najis sedang (Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu: ‘ainiyyah dan hukmiyyah
1. 'Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, dan  rasanya, maka cara menyucikan najis ini dengan menghilangkan warna, bau, dan rasanya.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.

Macam macam najis

(فَصْلٌ) اَلنَّجَاسَةُ ثَلاَثٌ : مُغَلَّظَةٌ وَمُخَفَّفَةٌ وَمُتَوَسِطَةٌ  . اَلْمُغَلَظَةُ : نَجَاَسَةُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَفَرْعِ أَحَدِهِمَا . وَالْمُخَفَفَة ُ: بَوْلُ الّصَبِيِّ اَلَّذِيْ لَمْ يُطْعَمْ غَيْرَ الَّلَبَنِ وَلَمْ يَبْلِغُ الْحَوْلَيْنِ. وَالْمُتَوَسِطَة ُ: سَائِرُ الّنَجَاسَاتِ


Macam macam najis ada tiga, yaitu:
1. Najis besar (Mughallazoh), yaitu Anjing, Babi atau yang lahir dari salah satunya.
2. Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi yang tidak makan, selain susu dari ibunya, dan umurnya belum sampai dua tahun.
3. Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua yang diatas.

Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis

(فَصْلٌ ) اَلَّذِيْ يَطْهُرُ مِنَ الّنَجَاسَةِ ثَلَاثَةٌ :  اَلْخَمْرُ إِذَا تَخَلَلَتْ بِنَفْسِهَا . وَجِلْدُ الْمَيْتَةِ إِذَا دُبِغَ وَمَا صَارَا حَيَوَانًا


Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis ada tiga, yaitu:
1. Arak/Khamar (air yang diperah dari anggur) apabila telah menjadi cuka dengan sendirinya( karena disimpan lama tanpa dicampuri benda lain, sebab ‘illat atau unsur benda itu najis adalah memabukkan).
2. Kulit binatang yang disamak.
3. Semua najis yang telah berubah menjadi binatang.(seperti ulat yang tumbuh pada bangkai misalnya belatung)

Perkara yang membatalkan tayammum

(فَصْلٌ) مُبْطِلاَتُ الّتَيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ : مَا أَبْطَلَ الْوُضُوْءَ وَالّرِدَّةُ وَتَوَهُّمُ الْمَاء ِإِنْ تَيَمَّمَ لِفَقْدِهِ


Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga, yaitu:
1. Semua yang membatalkan wudhu’.
2. Murtad.
3. Ragu-ragu terdapatnya air, apabila dia bertayammum karena tidak ada air.)kecuali bila tayamum karena sakit,tidak batal dengan melihat ada air)

Rukun-rukun tayammum

(فَصْلٌ) فُرُوْضُ الَّتَيَمُّمِ خَمْسَةٌ : اَلْأَوَّلُ : نَقْلُ الّتُرَابِ ، الّثَانِي : اَلّنِيَّةُ ، اَلّثَالِثُ : مَسْحُ الْوَجْهِ ، اَلّرَابِعُ  : مَسْحُ الْيَدَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ، اَلْخَامِسُ : اَلّتَرْتِيْبُ بَيْنَ الْمَسْحَتَيْنِ


Rukun-rukun tayammum ada lima, yaitu:
1. Memindah tanah (dari tempatnya ke anggota tayamum).
2. Niat tayamum (seperti ”niat tayamum sebagai pengganti wudu fardu karna Allah”)
3. Mengusap wajah.
4. Mengusap kedua belah tangan sampai siku.
5. Tertib antara dua usapan.

Syarat–Syarat mengerjakan tayammum

(فَصْلٌ ) شُرُوْطُ الّتَيَمُّمِ عَشَرَةٌ: أَنْ يَكُوْنَ بِتُرَابٍ وَاَنْ يَكُوْنَ الّتَرَابُ طَاهِرًا وَأَنْ لَا يَكُوْنَ مُسْتَعْمَلًا وَاَنْ لَا يُخَالِطَه ُدَقِيْقٌ وَنَحْوُهُ وَأَنْ يَقْصِدَهُ وَأَنْ يَمْسَحَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ بِضَرْبَتَيْنِ وَأَنْ يُزِيْلَ اّلنَجَاسَةَ أَوَّلًا وَأَنْ يَجْتَهِدَ فِي الْقِبْلَةِ قَبْلَهُ وَأَنْ يَكُوْنَ الّتَيَمُّمُ بَعْدَ دُخُوْلِ الْوَقْتِ وَأَنْ يَتَيَمَّمَ لِكُلِّ فَرْضٍ


Syarat–Syarat mengerjakan tayammum ada sepuluh, yaitu:
1- Bertayammum dengan tanah.
2- Menggunakan tanah yang suci tidak terkena najis(lagi kering)
3-Tanahnya belum dipakai tayamum (bukan musta’mal atau bekas)
4- Tanahnya tidak tercampui tepung dan sebagainya (seperti kapur kering)
5-Bermaksud tayamum (dengan menyapukan tanah,bukan bermain-main)
6-menyapu muka dan kedua tangan dengan  dua kali tepukan (ke tanah yaitu, sekali ke muka dan sekali lagi ke dua tangan)
7-Menghilangkan najis terlebih dahulu (dari badannya,walaupun bukan termasuk anggota tayamum)
8-Harus berijtihad mengenai arah kiblat sebelum tayamum
9-Tayamum hendaknya sesudah masuk waktu salat (bila tayamum untuk salat)
10-Dan sekali tayamum itu  hanya dapat dipakai untuk sekali salat fardu (kecuali shalat sunah,boleh berkali-kali)


Sebab – Sebab yang membolehkan tayammum

(فَصْلٌ) أَسْبَابُ الّتَيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ: فَقْدُ الْمَاءِ ، وَالْمَرَضُ ، وَالْاِحْتِيَاجُ إِلَيْهِ لِعَطَشِ حَيَوَانٍ مُحْتَرَمٍ

Sebab – Sebab yang membolehkan tayammum ada tiga hal, yaitu:
1- Tidak ada air untuk berwudhu
2- Ada penyakit yang mengakibatkan tidak boleh memakai air.
3- Ada air hanya sekedar mencukupi kebutuhan minum manusia atau binatang yang Muhtaram .

غَيْرُ الْمُحْتَرَمِ سِتَّةٌ : تَارِكُ الّصَلاَة ِوَالَّزَانِي الْمُحْصَنُ وَالْمُرْتَدُ وَالْكَافِرُ الْحَرَبِيُّ وَالْكَلْبُ الْعَقُوْرُ وَالْخِنْزِيْرُ

Adapun selain Muhtaram ada enam macam, yaitu:
1- Orang yang meninggalkan sholat wajib.
2- Penzina muhsan (yaitu orang yang pernah berjima’ dengan halal karena melalui pernikahannya,lalu berzina).
3-Orang Murtad
4-kafir musuh (kecuali kafir dzimmy tetap dihormati,yaitu yang tidak memusuhi kita).
5- Anjing yang menyalak (tidak menta`ati pemiliknya atau tidak boleh dipelihara) / Anjing Buas.
6- Babi.


Larangan bagi orang yang berhadats

@(فَصْلٌ ) مَنِ انْتَقَضَ وُضُوْؤُهُ حَرُمَ عَلَيْهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : اَلّصَلَاةُ وَالّطَوَافُ وَمَسُّ
الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ

Larangan bagi orang yang berhadats kecil ada tiga, yaitu:
1- Shalat, fardhu maupun sunnah.
2- Thowaaf (keliling ka`bah tujuh kali).
3- Menyentuh kitab suci Al-Qur`an atau mengangkatnya.


 @وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: اَلّصَلاَة ُوَالّطَوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَالّلُبْثُ فِي الْمَسْجِدِ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ


Larangan bagi orang yang berhadats besar (junub) ada lima, yaitu:
1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- I`tikaf (berdiam di masjid).
5- Membaca Al-Qur`an.





وَيَحْرُمُ بِالْحَيْضِ عَشَرَة ُأَشْيَاءَ : اَلّصَلاَة ُوَالَّطَوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَالُّلُبْثُ فِي اْلمَسْجِدِ وَقِرَاءَةُ  الْقُرْآنِ وَالّصَوْمُ وَالَّطَلاَقُ وَالْمُرُوْرُ فِي الْمَسْجِدِ إِنْ خَافَتْ تَلْويْثَه ُوَالْاِسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ الُّسُرُّةِ وَالّرُكْبَةِ.


Larangan bagi perempuan yang sedang haidh ada sepuluh, yaitu:
1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- Membaca Al-Qur`an.
5- Puasa
6- I’tikaf di masjid.
7- Masuk ke dalam masjid sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid tersebut.
8- Cerai, karena itu, di larang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh.
9- Jima`.
10- Bersenang – senang dengan isteri di antara pusar dan lutut.

Yang membatalkan wudhu

(فَصْلٌ ) نَوَا قِضُ الْوُضُوْءِ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ : (اَلْأَوَّلُ) اَلْخَارِجُ مِنْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ رِيْح أَوْ غَيْرِهِ إِلَّاَ الْمَنِىِّ ، (اَلّثَانِي ) زَوَالُ الْعَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ إِلاَّ نَوْمَ قَاعِدٍ ، مُمَكِّنِ مَقْعَدَهُ مِنَ الْأَرْض  ، (اَلثَّالِثُ) اِلْتِقاءُ بَشَرَتَيْ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ كَبِيْرَيْنِ اَجْنَبِيَيْنِ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ  ، (اَلَّرَابِعُ ) مَسُّ قُبُلِ الْآَدَمِيِ أَوْ حَلْقَةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الّرَاحَةِ أَوْ بُطُوْنِ الْأَصَابِع ِ.


Yang membatalkan wudhu` ada empat, yaitu:
1- Apa bila keluar sesuatu dari salah kedua lubang baik dari depan atau dari belakang seperti angin dan lainnya, kecuali air mani.
2- Hilang akal seperti tidur dan lain lain(seperti gila atau mabuk), kecuali tidur dalam keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut
3- Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang bukan saudara (mahram) tanpa penghalang.
”Mahram”: (orang yang haram dinikahi seperti saudara kandung).
4- Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh lubang dubur dengan telapak tangan atau ujung jarinya.



Syarat– Syarat Wudhu`

(فَصْلٌ ) شُرُوْطُ الْوُضُوْء ِعَشَرَةٌ : اَلْإِسْلَامُ ، وَالَّتمْيِيْزُ ، وَالِّنِقَاءُ ، عَنِ الْحَيْضِ  ، وَالّنِفَاسِ ، وَعَمَّا يَمْنَعُ وُصُوْلَ اْلمَاءِ إِلَى الْبَشَرَةِ ، وَأَنْ لاَ يَكُوْنَ عَلَى الْعُضْوِ مَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ وَالْعِلْمُ بِفَرْضِيَتِهِ وَاَنْ لَا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فُرُوْضِهِ سُنَّة ًوَالْمَاءُ الّطَهُوْرُ ، وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ  ، وَالْمُوَالَاةُ لِدَائِمِ الْحَدَثِ



Syarat– Syarat Wudhu` ada sepuluh, yaitu:
1-Beragama Islam.
2- Tamyiz (cukup umur dan ber’akal).
3- Suci dari haidh dan nifas.
4- Suci dari barang yang dapat menghalangi sampai (tembusnya) air kepada kulit.
5- Tidak ada sesuatu disalah satu anggota wudhu` yang merubah keaslian air.)seperti kayu cendana)
6- Mengetahui terhadap kefarduan wudhu.
7- Tidak boleh beri`tiqad (berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu wudhu` hukumnya sunnah (tidak wajib).
8- Airnya suci.
9- Masuk waktu sholat yang dikerjakan.
10- Terus menerus bagi yang berhadas (jadi kalau orang yang selalu keluar air kencing,pendarahan atau selalu kentut,wudunya harus sudah masuk waktu shalat lalu segera shalat,jangan menanti lagi sebab dikhawatirkan berhadas lagi)

Fardhu–fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan

(فَصْلٌ ) فُرُوْضُ الْغُسْلِ اِثْنَانِ : اَلّنِيَّةُ ، وَتَعْمِيْمُ الْبَدَنِ بِالْمَاءِ

Fardhu–fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan ada dua perkara, yaitu:
1- Niat mandi wajib.
2- Menyampaikan air ke seluruh tubuh dengan sempurna.


Yang mewajibkan mandi

(فَصْلٌ ) مَوْجَبَاتُ الْغُسْلِ سِتَّةٌ: إِيْلاَجُ الْحَشَفَةِ فِي الْفَرْج ، وَخُرُوْجُ الْمَنِىِّ وَالْحَيْضُ وَالّنِفَاسُ وَالْوِلاَدَةُ وَالْمَوْتُ


Yang mewajibkan mandi ada enam perkara, yaitu:
1- Memasukkan kemaluan (kepala dzakar) ke dalam farji (kemaluan) perempuan.
2- Keluar air mani.
3- Keluar darah haidh (datang bulan).
4- Keluar darah nifas (darah yang keluar setelah melahirkan).
5- Melahirkan.

6- Mati.

Air yang sedikit. Dan air yang banyak

فَصْلٌ ) اَلْمَاءُ قَلِيْلٌ وَكَثِيْرٌ : اَلْقَلِيْلُ مَادُوْنَ الْقُلَتَيْنِ ، وَالْكَثِيْرُ قُلَتَانِ فَأَكْثَرُ. اَلْقَلِيْلُ يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْع الّنَجَاسَة ِفِيْهِ وَإِنْ لَمْ يَتَغَيَّرْ . وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ لَا يَتَنَجَّسُ إِلاَّ إِذَا تَغَيَّرَ
طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ أَوْ رِيْحُهُ



Air terbagi kepada dua macam;
  • Air yang sedikit.
  • Dan air yang banyak.

Adapun air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah . Dan air yang banyak itu adalah yang sampai dua qullah atau lebih.

Air yang sedikit akan menjadi najis dengan sebab tertimpa najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah. Adapun air yang banyak maka tidak akan menjadi najis sekalipun berubah rasanya atau warnanya atau baunya


Niat

(فَصْلٌ ) اَلّنِيَّةُ :  قَصْدُ الّشَيْءٍ مُقْتَرَنًا بِفِعْلِهِ ، وَمَحَلُّهَا اَلْقَلْبُ وَالتَّلَفُّظُ بِهَا سُنَّة ٌ، وَوَقْتُهَا عِنْد َغَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ  ، وَالَّتَرْتِيْبُ أَنْ لَا يُقَدِّمُ عُضْوًا عَلَى عُضْوٍ                  


Niat adalah menyengaja suatu (perbuatan) berbarengan (bersamaan) dengan perbuatannya dan tempatnya niat yaitu didalam hati.
Adapun mengucapkan niat tersebut maka hukumnya sunnah, dan waktunya ketika pertama membasuh sebagian muka.

Adapun tertib yang dimaksud adalah tidak mendahulukan satu anggota terhadap anggota yag lain (sebagaimana yang telah tersebut).harus berurutan

Fardu wudhu

(فَصْلٌ ) فُرُوْضُ الْوُضُوْءِ سِتَّةٌ: اَلْأَوَّلُ:اَلّنِيَّة ُ، اَلثَّانِي : غَسْلُ الْوَجْهِ ، اَلثَّالِثُ: غَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ اْلمِرْفَقَيْنِ ، اَلَّرَابِعُ : مَسْحُ شَيْءٍ مِنَ الَّرَأْسِ ، اَلْخَامِسُ : غَسْلُ الّرِجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ ، اَلّسَادِسُ :اَلّتَرْتِيْبُ

Fardu wudhu ada enam, yaitu:
1. Niat wudhu.
2. Memcuci muka.
3. Memcuci kedua tangan sampai kedua sikunya.
4. Menyapu sebagian kepala dengan air.
5. Membasuh kedua kaki sampai dengan matakaki.
6. Tertib.

Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ إِجْزَاءِ اِلْحَجَرِ ثَمَانِيَّةٌ: أَنْ يَكُوْنَ بَثَلَاثَة ِأَحْجَارٍ ، وَأَنْ يَنْقَي الْمَحَلُّ ، وَأَنْ لَا يَجِفَّ الّنَجِسُ ، وَلَا يَنْتَقِلَ ، وَلاَ يَطْرَأَ عَلَيْهِ آَخَرُ ،  وَلاَ يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ وَحَشَفَتَهُ  ، وَلاَ يُصِيْبَهُ مَاء ٌ، وَأَنْ تَكُوْنَ الْأَحْجَارُ طَاهِرَةً.




Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja)bersuci) ada delapan, yaitu:
1. Menggunakan tiga batu(ujungnya).
2. Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
3. Najis tersebut tidak kering.
4. Najis tersebut tidak berpindah.
5. Najisnya tidak tertimpa oleh najis lainnya.
6. Najis tersebut tidak melampaui arah samping lubang dubur (bagi yang buang air besar)dan tidak melampaui ujung dzakar bagi orang yang buang air kecil.
7. Najis tersebut tidak terkena air .
8. Batu tersebut suci.

Monday, 22 June 2015

TANDA TANDA BALIGH

TANDA TANDA BALIGH
(فَصْلٌ ) عَلَامَاتُ الْبُلُوْغ ثَلَاثٌ : تَمَامُ خَمْسَ عَشَرَةَ سَنَهً فِيْ الّذَكَرِوَالْأنْثَى ، وَالْاِحْتِلاَمُ فِيْ الّذَكَرِ وَالْأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ ، وَ الْحَيْضُ فِيْ الْأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ



Adapun tanda-tanda balig (mencapai usia remaja) seseorang ada tiga, yaitu:
1. Berumur seorang laki-laki atau perempuan lima belas tahun)dengan tahun hijriyyah).
2. Bermimpi jima’ (walaupun tidak keluar mani) terhadap laki-laki dan perempuan yang telah bermur (minimal) Sembilan tahun
3. Keluar darah haid bagi perempuan yang sudah berumur minimal Sembilan tahun (dengan perhitungan tahun hijriyyah)

MAKNA LAILAHA ILLA ALLAH

MAKNA LAILAHA ILLA ALLAH
(فَصْلٌ ) وَمَعْنَى لَاإِلَهَ إِلَااللهُ : لَامَعْبُوْدَ بِحَقٍّ فِيْ الْوُجُوْدِ إِلّاَ اللهُ

Adapun arti “La ilaha illah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan selain Alloh.

RUKUN IMAN

RUKUN IMAN
(فَصْلٌ ) أرْكَانُ الْإِيْمَانِ سِتَّةٌ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ  ،
 وَمَلَائِكِتهِ، وَكُتُبِهِ ،وَرُسُوْلِهِ  وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ ، وَبِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَّرِهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى




Rukun iman
ada enam, yaitu:
1. Beriman kepada Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
2. Beriman kepada sekalian Mala’ikat
3. Beriman dengan segala kitab-kitab suci.
4. Beriman dengan sekalian Rosul-rosul.
5. Beriman dengan hari kiamat.
6. Beriman dengan ketentuan baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.